Selain musik, suara yang kita dengar di radio boleh jadi hanya celoteh sang penyiar. Tetapi, radio bukan hanya penyiar. Radio adalah sebuah organisasi, sebuah perusahaan, sebuah team work.
Ada sepasukan kru yang bekerja untuk menghantarkan suara penyiar mencapai telinga para pendengarnya. Pekerjaan di radio terdiferensiasi sedemikian rupa—sesuai dengan nature bidang kerja masing-masing. Maka, apa pun struktur organisasinya, radio selalu terdiri atas tiga bidang kerja: produksi, marketing, dan teknisi.
- Produksi
Tugas kru produksi adalah menghasilkan program untuk diudarakan. Kru produksi terdiri atas sound engineer (mengurusi masalah suara, memilih latar musik terbaik, mengombinasikan bebunyian, dll), copywriter (penulis naskah), producer (produser), announcer (penyiar), dan reporter (pada radio yang memiliki program jurnalisme radio). Pendek kata, semua pihak terlibat dalam produksi program di studio maupun di luar studio. Kru produksi, selain bertugas menciptakan program yang disukai khalayak, juga berhubungan dengan marketing klien, misalnya, dalam merancang program untuk broading atau memproduksi iklan.
- Marketing
Tugas kru marketing adalah menjual atau memasarkan program kepada pihak lain (dengan imbalan berupa airtime untuk memasang iklan, kesempatan untuk broading, dan lain-lain). Ada yang mengistilahkannya sebagai account executive.
Dalam lembaga penyiaran nonkomersial, istilah marketing mungkin tak dikenal. Tetapi, tetap ada posisi tertentu yang bertugas menghubungkan radio dengan pihak luar, entah itu public relation officer (star humas), spokeperson, communication officer, dan lain-lain. Namanya memang berbeda, tapi pada prinsipnya tugasnya tetap sama, yaitu memasarkan program radio (dan radio) kepada pihak lain untuk mencapai keuntungan tertentu (yaang belum tentu berupa uang, tetapi misalnya sosialisasi program).
- Teknis
Bagian teknis bertugas mendukung aspek teknik dalam memproduksi progam maupun dalam mengoperasionalkan radio. Radio adalah media yang sangat tergantung pada alat dan teknologi. Dibutuhkan orang-orang khusus untuk menangani alat-alat elektronik, sumber daya listrik, komputer dan hal lain sejenis.
Di luar semua itu, sebagaimana organisasi atau perusahaan lain, ada unsur lain yang mendukung. Misalnya, staf kesekretariatan. Besar kecilnya staf radio tentu bergantung pada besar kecilnya lingkup radio tersebut. Namun, pengalaman menunjukkan radio adalah organisasi yang sebenarnya sangat simpel dan luwes. Teknologi memungkinkan beberapa fungsi digabung menjadi satu. Selain itu, karakteristik radio sendiri memungkinkan berbagai posisi di rangkap bersamaan.
Seorang penyiar lazim merangkap sebagai reporter atau penulis naskah. Dan sebaliknya. Landasan pemikiran begini: seorang penyiar yang oke, tidak cukup hanya bermodal suara. Ia juga harus punya wawasan dan bisa menulis naskah sendiri. Dengan demikian, ia punya penghayatan yang bagus dan modal intelektual yang memadai bagi profesinya. Demikian pula sebaliknya.
Seorang penulis naskah yang andal tidak hanya menguasai aspek radio copywriting. Kalau ia memahami bagaimana bersiaran, bagaimana berkomunikasi di depan mikrofon, naskah-naskahnya akan sensitif dan mampu mengeksploitasi potensi-potensi suara yang terbaik.
Reporter yang ideal jelas bukan hanya orang yang bisa ngocol. Reporter jagoan adalah mereka yang berwawasan luas, mampu menata sekaligus menyampaikan pesan. Ia harus bisa menulis naskah yang baik, sekaligus menguasai dasar-dasar announcing sehingga mampu melaporkan liputannya dengan baik.
Model organisasi radio yang banyak dipakai sekarang adalah networking. Modalnya relatif kecil, biaya operasionalnya juga rendah. Meski demikian, jangkauan khalayaknya cukup luas, apalagi bila networking bisa dilakukan dengan melibatkan sebanyak mungkin mitra lokal.