Praktisi jurnalisme online atau daring sepakat bahwa sebelum melakukan liputan, jurnalis perlu memilih gambaran tentang apa saja yang bisa ditampilkan media daring. Dengan memiliki pemahaman ini, jurnalis bisa melakukan liputan sambil membayangkan perangkat apa yang akan dipakai.
Pada era daring, penting bagi jurnalis dan redaksi untuk memiliki “konsep digital” sebelum melakukan liputan. Dengan konsep digital yang sudah tertanam di kepala dan gambaran akan cara sebuah liputan ditampilkan, kita baru mulai jalan mencari data.
Di sini, deskripsi kerja tentu berbeda dari cara kerja di media cetak dan penyiaran. Perubahan pola pikir menjadi hal yang mendasar. Media daring bisa memberikan pengalaman lebih kaya akan suatu peristiwa kepada khalayak, melalui foto, suara, infografis, animasi, atau video.
Kita perlu memilih cara yang terbaik untuk menjangkau dan memberikan informasi kepada khalayak berdasarkan data yang dikumpulkan. Akan tetapi, hanya karena telah mengambil foto, suara, atau video, bukan berarti kita harus menampilkan seluruhnya di dalam cerita. Jika elemen multimedia itu tidak meningkatkan pemahaman atau pengalaman khalayak akan suatu cerita, kita harus berani memilih untuk tidak menggunakannya.
Prinsip itu juga berlaku untuk kutipan. Meskipun kita telah susah payah memperoleh kutipan dari sumber, kutipan tersebut tetap harus dibuang jika berada di luar fokus cerita. Meski ada sejumlah praktik baru untuk jurnalisme digital, beberapa prinsip dasar dalam menampilkan liputan tetap tidak berubah sejak dahulu. Misalnya, penggunaan teks secara efisien, disiplin piramida terbalik, dan lead berita yang kuat.
A. Menulis KISS
Salah satu prinsip klasik yang tetap relevan adalah KISS: keep it short and simple! Ini artinya kita harus berusaha membuat tulisan sependek mungkin dan membuat hal kompleks menjadi lebih sederhana supaya mudah dipahami.
Kita menulis lebih panjang hanya jika fokus cerita atau tujuan liputan menuntut demikian. Ada juga istilah “kill the baby“. Kadang, kita tidak sampai hati membuang gambar atau teks yang telah didapat melalui upaya yang besar. Namun, jika gambar atau teks itu melebar dari fokus cerita, kita harus berani membunuh “bayi” kita itu supaya pengalaman khalayak saat mengonsumsinya bisa baik dan efisien.
Praktik baru pada era daring, dengan semakin banyak khalayak yang mengonsumsi berita melalui ponsel, “pengalaman” saat mengonsumsi liputan menjadi semakin penting. Pengalaman digital yang lebih visual dan bersifat multimedia ini, terutama melalui ponsel, menjadi pertimbangan besar dalam menampilkan liputan.
Menurut riset Reuters Institute for the Study of Journalism (2016) terhadap lebih dari lima puluh ribu konsumen berita di 26 negara, penggunaan ponsel untuk mengakses berita terus tumbuh, mencapai 53% dari sampel global, sedangkan penggunaan komputer menurun dan penggunaan tablet stagnan. Tren penggunaan ponsel tersebut akan terus naik sehingga tampilan berita di layar ponsel pun semakin penting.
Selain memahami fondasi jurnalisme (storytelling) yang telah lama teruji, jurnalis perlu menyadari bagaimana berita dikonsumsi saat ini, di tengah penggunaan media sosial dan lalu lintas informasi yang begitu dinamis.
B. Melaporkan Hasil Liputan
Setelah memperoleh data di lapangan ataupun sumber lain, Anda bisa mengolah data tersebut menjadi rancangan tulisan. Ini butuh konsentrasi dan ketenangan. Jadi, tempat yang nyaman untuk duduk dan menulis akan sangat membantu. Kemudian, Anda perlu mengurutkan susunan itu sesuai dengan bentuk piramida terbalik.
Selanjutnya, Anda perlu menyunting kalimat-kalimat tersebut. Writing means rewriting atau menulis itu berarti menulis ulang. Jadi, supaya tulisannya baik dan sistematis, mengurutkannya mungkin Anda perlu menulis ulang atau kembali. Tidak ada tulisan bagus yang sekali tulis langsung jadi.
Dalam menuliskan hasil liputan, sumber sering kali berbicara secara panjang lebar sehingga Anda berhak menyuntingnya selama tidak mengubah makna. Sejumlah contoh sudah diberikan tentang pemakaian bahasa. Ini memang butuh latihan dan editor yang baik akan membimbing Anda melakukan penyuntingan supaya enak dibaca, tetapi tetap akurat.
Sebagai tambahan, jika menulis tentang siaran pers yang memuat deretan angka panjang, seperti jumlah pengangguran terbuka atau angka pernikahan dini di Indonesia, Anda perlu membulatkannya. Misalnya, ada fakta “Jalan Trans-Papua dirancang sepanjang 4.330,07 kilometer. Sampai akhir 2016, sudah tembus 3.851,93 kilometer.”
Jika menulis bagi khalayak atau data umum, Anda perlu membulatkan angka tersebut menjadi 4,3 ribu kilometer dan 3,8 ribu kilometer supaya memudahkan pembacaan.
C. Mengolah Hasil Liputan
- Tuliskan semua poin dan kutipan yang penting dan menarik.
- Kelompokkan poin-poin tersebut. Misalnya, poin B dan C merupakan turunan dari poin A.
- Pisahkan poin yang tidak memiliki hubungan langsung dengan fokus cerita. Ini nantinya bisa digunakan sebagai pendukung atau konteks.
- Apakah fokus cerita Anda didukung data yang cukup? Ataukah data Anda membangun fokus cerita yang lain? Bila ya, mungkin fokus cerita Anda perlu diubah.
- Apakah teks Anda membutuhkan dukungan alat multimedia?
- Setelah membuat rancangan yang sistematis, Anda pun memiliki susunan (outline) tulisan.
D. Mengubah Rancangan Menjadi Tulisan
- Letakkan data yang paling penting dan menarik di bagian paling atas.
- Setelah urut, Anda bisa membuat lead atau alinea pertama. Ambillah poin-poin yang bisa memayungi ataupun merangkum isi di bawahnya.
- Ubah poin-poin penting itu menjadi satu atau dua kalimat yang baik dan efisien. Anda juga bisa mengolahnya menjadi kalimat informal atau menghibur yang mewakili cerita. Inilah lead Anda.
- Alinea-alinea di bawahnya menjabarkan poin-poin dalam lead dan melengkapinya dengan hal-hal lain yang relevan.
- Apakah ada pertanyaan yang belum terjawab? Tuliskan dalam liputan Anda bila ada hal penting yang masih perlu penjelasan atau klarifikasi. Jurnalis harus jujur tentang hal-hal yang belum dia ketahui. *