Kerja redaksi media cetak umumnya didahului dengan rapat perencanaan berita. Rapat ini biasanya diikuti jajaran redaksi, mulai dari pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, koordinator liputan, para redaktur, dan reporter. Isi rapat membicarakan tentang rencana berita-berita yang bakal diliput dan disajikan. Dengan adanya rapat perencanaan liputan, berita-berita yang bakal mengisi suatu media cetak bisa dipersiapkan lebih awal, lebih matang, dan lebih berkualitas. Perencanaan berita menjadi sangat vital karena menentukan mutu isi berita.
Ada tips sederhana yang bisa dilakukan reporter dalam hal perencanaan reportase atau liputan ini. Mulailah dengan membaca media cetak, terutama surat kabar edisi terbaru. Dapat juga dengan membaca media berita online yang kredibel. Atau dengarkan juga siaran berita di radio dan yang ditayangkan di televisi. Dari situ kemungkinan besar akan muncul gagasan-gagasan baru untuk melakukan peliputan, baik untuk memperoleh berita primer (pertama) ataupun berupa pengembangan berita alias berita lanjutan.
Selain itu, lihat juga agenda peristiwa, misalnya seminar, aksi demonstrasi, olahraga, pertunjukan musik, rapat partai politik, kunjungan pejabat, dan lain sebagainya.
Untuk mendapatkan bahan berita atau informasi yang bagus, seorang reporter harus melakukan reportase langsung ke lapangan atau ke tempat terjadinya peristiwa.
A. Sumber Bahan Berita
Reporter tidak harus selalu menunggu sesuatu terjadi untuk mendapatkan berita, tetapi reporter juga dapat merencanakan, mengusahakan atau mencari peristiwa, kejadian atau permasalahan yang bisa dijadikan berita dan memiliki nilai berita tinggi. Beberapa sumber informasi dan cara mendapatkan berita yang kerap dilakukan reporter antara lain:
1. Ide atau gagasan jurnalis
Berita dapat disusun dari ide atau gagasan dari reporter sendiri. Saat reporter tidak mendapatkan bahan berita dari peristiwa di lapangan, reporter bisa menyusun berita dari gagasannya dengan cara mengolah kembali berita-berita yang sudah diterbitkan sebelumnya atau melakukan wawancara untuk mendukung berita yang direncanakan tadi.
2. Menyaksikan langsung (pengamatan)
Berita bisa didapatkan dari melihat dan mengamati langsung sebuah peristiwa atau fenomena dalam masyarakat. Metode ini paling banyak dilakukan oleh jurnalis untuk mendapatkan berita. Dengan menyaksikan langsung (melihat, mendengar, merasakan) sebuah peristiwa, nilai akurasi sebuah informasi untuk dijadikan berita sangat tinggi dan jurnalis dapat mengembangkan beritanya dengan lebih baik.
3. Investigasi
Penggalian berita yang dilakukan secara detail dan mendalam. Berita disusun dari ide jurnalis kemudian dilakukan pengamatan langsung dan observasi. Namun, untuk mendapatkan berita lewat investigasi membutuhkan waktu yang cukup lama, keahlian khusus, dan tenaga yang banyak.
4. Pers release
Berita yang didapatkan jurnalis juga berasal dari berita yang dibuat oleh orang atau korporasi yang berkepentingan untuk memberitakan informasi tersebut dan disampaikan kepada jurnalis.
5. Konferensi pers
Konferensi pers dilakukan oleh pihak yang berkepentingan dengan cara mengundang para jurnalis di suatu tempat, kemudian memberikan keterangan atau menyampaikan hal-hal yang penting kepada jurnalis.
6. Riset pustaka
Berita dari riset pustaka disusun atau diolah jurnalis berdasarkan tulisan yang ada dalam buku atau kepustakaan. Biasanya berita tersebut tentang data atau peristiwa pada masa lalu.
7. Kantor berita
Berita bisa didapatkan dari kantor berita. Media massa yang memberitakan berita yang bersumber dari kantor berita harus membeli naskah berita itu dari kantor berita yang bersangkutan.
8. Dokumentasi media.
Berita dapat disusun oleh jurnalis dari dokumen-dokumen yang dimiliki media massa itu sendiri.
B. Wawancara Berita
Apa pun jenis informasi yang didapatkan seorang reporter, tentu reporter tersebut tidak serta merta menjadikan informasi tersebut sebagai berita. Reporter harus melakukan cek dan ricek lagi atas kebenaran data yang didapatkan tersebut. Untuk itu, reporter harus melakukan wawancara atau mengajukan pertanyaan kepada sumber informasi tentang apa yang disampaikan oleh sumber informasi tersebut.
Reporter sebaiknya tidak mudah percaya dengan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan di lapangan. Karena itu, lakukanlah verifikasi dengan mengajukan pertanyaan pada sumber beritanya.
Wawancara merupakan ajang pertukaran informasi antara reporter dan sumber informasi. Reporter perlu memiliki pengetahuan awal tentang peristiwa atau fenomena yang akan diwawancarakan dengan sumber informasi. Keberhasilan wawancara tergantung pada kesiapan, kesabaran, mengamati, dan memahami dengan baik suatu informasi.
Jenis wawancara dalam kegiatan reportase, yakni:
a. Wawancara berita (news page interview); Wawancara yang dilakukan untuk memperoleh keterangan, konfirmasi, atau pandangan narasumber tentang suatu peristiwa atau masalah.
b. Wawancara pribadi (personal interview); Wawancara untuk memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran narasumber.
c. Wawancara eksklusif (exclusive interview); Wawancara yang dilakukan seorang reporter secara khusus dengan narasumber.
d. Wawancara sambil lalu (casual interview); Wawancara yang tidak dilakukan secara khusus. Berlangsung secara kebetulan, tidak ada perjanjian atau kesepakatan terlebih dahulu dengan narasumber.
e. Wawancara keliling (man in the street interview); Wawancara yang dilakukan reporter dengan menghubungi berbagai narasumber secara terpisah, tetapi satu sama lain mempunyai kaitan dengan masalah atau berita yang akan ditulis. *