Wednesday, April 14, 2021
No Result
View All Result
  • Login
Ruang Jurnalistik
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Kelas Daring
    • Kelas Jurnalistik Cetak
    • Kelas Jurnalistik Online
    • Kelas Jurnalistik Radio
    • Kelas Jurnalistik Televisi
  • Kelas Pilihan
  • Hubungi Kami
  • Daftar
Ruang Jurnalistik
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Kelas Daring
    • Kelas Jurnalistik Cetak
    • Kelas Jurnalistik Online
    • Kelas Jurnalistik Radio
    • Kelas Jurnalistik Televisi
  • Kelas Pilihan
  • Hubungi Kami
  • Daftar
No Result
View All Result
Ruang Jurnalistik
No Result
View All Result

Bahasa Jurnalistik

Bahasa Jurnalistik
Share on FacebookShare on Twitter

Salah satu di antara ragam bahasa Indonesia yang ada yaitu bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik atau yang biasa dikenal dengan bahasa pers ini merupakan salah satu ragam bahasa yang kreatif dari bahasa Indonesia, selain ragam bahasa akademik (ilmiah), ragam bahasa usaha (bisnis), ragam bahasa filosofik, dan ragam bahasa sastra. Bahasa ini sering digunakan oleh para wartawan atau jurnalistik.

 

A. Pengertian

Bahasa Jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita. Disebut juga sebagai Bahasa Komunikasi Massa (Language of Mass Communication, atau disebut pula dengan Newspaper Language), yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik seperti radio dan TV, maupun komunikasi tertulis seperti media cetak dan media online.

Ragam bahasa jurnalistik memiliki kaidah-kaidah tersendiri dan tentu haruslah sesuai dengan norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan-susunan kalimat yang benar dan pemilihan kata yang tepat. Bahkan laras bahasa jurnalistik itu pun termasuk dalam laras bahasa baku.

 

B. Karakteristik Bahasa Jurnalistik

Penggunaan bahasa jurnalistik itu tidak boleh sembarangan, harus berdasarkan kaidah-kaidah dari bahasa Indonesia itu sendiri dan sesuai prinsip-prinsip dasar dalam bahasa jurnalistik yang telah ditentukan. Berikut penjelasan dari ciri-ciri atau karakteristik bahasa jurnalistik:

1. Singkat; Bahasa jurnalistik itu harus menghindari penjelasan yang terlalu panjang dan berbelit-belit. Tetapi juga tidak boleh terlalu hemat.

2. Padat; Bahasa yang singkat tersebut harus mampu menyampaikan informasi secara lengkap yang dibutuhkan oleh pembaca. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip 5W + 1H dan membuang kata-kata yang mubazir, serta menerapkan prinsip ekonomi dalam pembuatan kalimat.

3. Sederhana; Bahasa jurnalistik ini harus menggunakan kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang dan rumit. Selain itu, sederhana berarti menggunakan kalimat yang efektif, praktis, dan tidak berlebih-lebihan.

4. Lugas; Bahasa yang digunakan harus mampu menyampaikan informasi atau berita secara langsung.

5. Menarik; Harus pandai-pandai mengolah kalimat menjadi menarik sehingga dapat menarik minat pembaca dan kita juga dituntut harus kreatif. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup dan populer di masyarakat.

6. Jelas; Informasi yang disampaikan harus mudah dipahami semua lapisan masyarakat. Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan atau salah pengartian, mengindari ungkapan dan makna ganda, serta menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif.

 

C. Ejaan dan Tata Tulis Dalam Media Massa

Ejaan ialah keseluruhan sistem dan peraturan penulisan bunyi bahasa untuk mencapai keseragaman. Ejaan ini antara lain meliputi:

  • Lambang fonem disertai dengan huruf-hurufnya (tata bunyi).
  • Cara menulis aturan-aturan bentuk kata.
  • Cara menulis kalimat, bagian-bagiannya, dan penggunaan tanda baca.

Sedangkan ejaan menurut Harimurti Kridalaksana adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandardisasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ejaan adalah kaidah-kaidah, cara bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Maka, ejaan dapat diartikan sebagai alat bantu dalam komunikasi tertulis.

Penggunaan ejaan dalam media massa juga harus memperhatikan kaidah-kaidah dari bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Penggunaan bahasa sehari-hari dalam media massa juga mempunyai arti tersendiri. Namun terkadang, jika kita lihat ada sedikit perbedaan antara ejaan yang digunakan dalam media massa dan ejaan yang tertulis di buku.

Setelah melihat pemakaian ejaan dan tata tulis di media massa, ternyata ada beberapa tambahan mengenai tata tulis pada media massa. Hal ini dikarenakan media massaa memiliki bahasa yang mandiri. Penambahan itu di antaranya yaitu:

1. Penulisan Baris Nama atau Byline

Nama penulis dicantumkan di awal tulisan yang ditulis dengan tanpa menggunakan titik dua (:) karena bukan merupakan perincian. Misalnya: Oleh Bondan Winarno.

2. Penulisan Angka

Umumnya angka satu sampai sembilan ditulis dengan huruf, kecuali diikuti satuan hitung, satuan ukur, atau satuan mata uang. Contohnya: Rp50, 40 kg. Jika dalam perincian, angka satu sampai sembilan ditulis dengan angka. Misalnya: Dia membeli 3 ekor sapi, 5 ayam, dan 7 bebek.

3. Penulisan Gelar Akademis

Gelar akademis yang lazimnya ditulis mengikuti nama orang, cenderung tidak dicantumkan tetapi ditulis secara lengkap. Misalnya:

Ginandjar Kartasasmita masuk bursa calon wakil presiden. Namun, profesor yang satu ini cuma menyatakan, “Saya cukup tahu diri.”

Namun, ada beberapa media massa yang tetap mencantumkannya, misalnya:

Prof. Dr. Ginandjar Kartasasmita masuk bursa calon wakil presiden. Namun, ia cuma mengatakan, “Saya cukup tahu diri.”

4. Penulisan Judul

Penulisan judul itu harus padat, ringkas, dan komunikatif. Biasanya merupakan rangkuman atau intisari dari teras (lead) tulisan. Pada media massa judul ditulis dengan huruf besar dan kecil, serta menyerupai kalimat. Biasanya berbentuk puitis, bombastis, nyentrik, analogi, kutipan, prediksi, dan formal.

 

D. Kata Mubazir dan Prinsip Ekonomi Kata

Kata mubazir, yakni kata yang bila tidak dipakai tidak mengganggu kelancaran komunikasi; kata yang sifatnya berlebih-lebihan; dengan membuang kata mubazir akan tercapai efisiensi bahasa. Kata mubazir meliputi bahwa, adalah, telah, untuk, dan dari.

Penggunaan kata bahwa. Bahwa sebagai kata sambung yang dipakai untuk menggabungkan induk kalimat dengan anak kalimat.

  • Andi bercerita pada temannya, bahwa dia akan kuliah (salah)
  • Andi bercerita pada temannya, dia akan kuliah (benar)

Penggunaan kata adalah dan merupakan. Kedua kata tersebut memiliki makna yang sama, yakni sebagai penjelas.

  • Perbuatan itu adalah merupakan (salah)
  • Perbuatan itu merupakan (benar)
  • Perbuatan itu adalah  (benar)

Penggunaan kata telah dan akan. Kata telah dan akan dapat dihilangkan dalam kalimat apabila dalam sebuah kalimat sudah dijelaskan keterangan waktu yang tepat.

  • Registrasi ulang mahasiswa baru telah selesai kemarin (salah)
  • Registrasi ulang mahasiswa baru selesai kemarin (benar)
  • Ujian nasional tingkat SMP akan dilaksanakan pada Juni 2019 (salah)
  • Ujian nasional tingkat SMP dilaksanakan pada Juni 2019 (benar)

Penggunaan kata untuk. Kata untuk sifatnya pelengkap. Karena sifatnya tersebut, ada atau tidaknya dalam suatu kalimat itu tidak menghilangkan makna atau susunan kalimat.

  • Para pengendara sepeda motor diimbau untuk berhati-hati saat melintasi jalan bypass.

Penggunaan kata dari/pada/daripada. Kata-kata tersebut memiliki perbedaan fungsi dan makna. Kata dari/pada/daripada dikatakan mubazir bila digunakan seperti kata berikut:

  • Saya anak dari ayah saya.
  • Saya ada kuliah pada esok pagi.
  • Saya mahasiswa daripada sebuah kampus swasta.

Kata mubazir pada transisi paragraf, seperti sementara itu, perlu diketahui, dapat ditambahkan, dan selanjutnya, selain dari pada itu, tidak perlu digunakan karena kata transisi tersebut termasuk kata mubazir.

 

Prinsip ekonomi kata dilakukan agar kalimat lebih efektif sehingga mudah dipahami pembaca. Penerapan ekonomi kata, antara lain:

Dari unsur kata

  • Agar supaya, cukup agar atau supaya

Dari unsur kalimat

  • Kursi kayu itu diduduki Sinta. (salah)
  • Sinta duduk di kursi kayu itu. (benar)

Kata harus sudah terisi atau ada di tempat yang tepat sehingga seluruh kalimat dapat masuk akal atau sesuai logika pembaca.

  • Meja lari batu hancur lebur (salah)
  • Mahasiswa ke kampus (benar)

Menghilangkan keterangan kata jamak. Kata jamak adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu. Seperti Saudara sekalian dan hadirin sekalian, cukup ditulis saudara dan hadirin.

Kata benda tidak perlu diulang untuk menyatakan jamak, seperti semua, segala, banyak, beberapa, dan sejenisnya. Contoh: semua mahasiswa; segala peraturan; banyak anak-anak; beberapa sering.

 

E. Penyimpangan Bahasa Jurnalistik

Meskipun bahasa jurnalistik mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan, tetapi masih terlihat penyimpangan terhadap kaidah bahasa jurnalistik yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Adapun beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik dari kaidah bahasa Indonesia baku, yaitu:

1. Penyimpangan Klerikal (Ejaan dan Tanda Baca)

Kesalahan ini sering kita temukan dalam media massa, baik dalam penulisan kata, seperti Jumat ditulis Jum’at, khawatir ditulis kuatir, jadwal ditulis jadual, sinkron ditulis singkron. Dan kesalahan tanda baca juga dapat ditemui dalam penggunaan tanda titik, tanda koma, tanda hubung, dan lain-lain.

Maka dalam memilih ejaan kata yang tepat kita memerlukan sedikit ketelitian. Karena bahasa Indonesia banyak memiliki bentuk kembar, seperti kata risiko-resiko, sekadar-sekedar, Senin-Senen, film-pilem, juang-joang. Kata-kata seperti itu sering membuat kita bingung dan akhirnya kita membuat kesalahan dalam penulisannya. Untuk itu, jurnalis harus memilih ejaan yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan.

 

2. Penyimpangan Gramatikal

Penyimpangan gramatikal ini terdiri atas:

– Kesalahan Pemenggalan

Kesalahan pemenggalan kata dalam media massa terkesan asal penggal saja. Hal ini dikarenakan pemenggalannya menggunakan program komputer bahasa asing. Dan hal ini bisa diatasi dengan program pemenggalan bahasa Indonesia.

– Penyimpangan Morfologis

Penyimpangan ini sering dijumpai pada judul berita dalam media massa yang menggunakan kalimat aktif, yaitu pemakaian kata kerja tidak baku dengan penghilangan afiks. Afiks pada kata kerja yang berupa prefiks atau awalan dihilangkan. Misalnya: “Muluskan Boediono, Lobi Komisi IX”, “Cemburu, Pelajar Bunuh Pelajar”.

– Kesalahan Sintaksis

Kesalahan ini berupa pemakaian tata bahasa atau struktur kalimat yang kurang benar sehingga sering mengacaukan arti dari kalimat tersebut. Hal ini disebabkan karena logika penulis yang kurang bagus. Contoh: “Kerajinan Kasongan Banyak Diekspor Hasilnya Ke Amerika Serikat”. Judul tersebut seharusnya ditulis, “Hasil Kerajinan Desa Kasongan Banyak Diekspor Ke Amerika Serikat”.

 

3. Penyimpangan Semantik

Kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan kesopanan (eufemisme) atau menimbulkan dampak buruk pemberitaan dan untuk melebih-lebihkan (bombastis). Contoh: Penyesuaian tarif BBM merupakan kebijakan pemerintah yang tidak populis. Pemakaian kata penyesuaian tarif, tidak dapat dimaknai dari segi makna lugas saja, tetapi juga harus dilihat dari makna figuratif (kias) yang mengandung eufimisme dengan alasan kesopanan.

 

4. Penyimpangan Dari Aspek Kewacanaan

Penyimpangan ini dapat diketahuai dari aspek kewacanaan dari penggunaan bahasa yang dilihat dari makna bahasa yang berkaitan dengan aktivitas dan sistem-sistem di luar bahasa. Contoh penyimpangan dari aspek kewacanaan ini yaitu berita tentang tragedi kematian Munir (Pejuang HAM). Meski pelaku dan dalang pembunuhnya belum ditemukan, media massa telah membentuk opini masyarakat tentang para pelakunya. Pemberitaan tersebut memiliki pendapat yang berbeda dari masing-masing media sehingga menjadikan isi berita menjadi tidak realistis. Bahkan, terlalu dibesar-besarkan sehingga membuat para pembacanya bingung.

 

Untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut, perlu dilakukan penyuntingan atau editing, baik menyangkut pemakaian kalimat, pilihan kata, ejaan, serta pemakaian bahasa jurnalistik yang baik secara umum. Dalam penyuntingan bahasa jurnalistik terdapat beberapa prinsip yang dilakukan:

1. Balancing, yaitu menyangkut lengkap-tidaknya batang tubuh dan data tulisan.
2. Visi tulisan seorang penulis yang mereferensi pada penguasaan atas data-data yang aktual.
3. Logika cerita yang mereferensi pada kecocokan.
4. Akurasi data.
5. Kelengkapan data, setidaknya prinsip 5W + 1H.
6. Panjang pendeknya tulisan karena keterbatasan halaman.

Oleh karena itu diperlukan latihan menulis secara terus-menerus dan latihan penyuntingan yang berkelanjutan. Upaya tersebut diharapkan membuat jurnalis dapat  menyajikan ragam bahasa jurnalistik yang memiliki rasa dan memuaskan selera pembacanya. *

Previous Post

Etika Dalam Berita Online

Next Post

Menulis Laporan Berita Media Cetak

Next Post
Menulis Laporan Berita Media Cetak

Menulis Laporan Berita Media Cetak

UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik

UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik

Reportase Berita

Reportase Berita

Komunikasi Massa

Komunikasi Massa

No Result
View All Result

Daftar Kelas Pilihan

  • Visualisasi Informasi dan Data dengan Infografis Rp350,000.00
  • Menjadi Presenter Berita Televisi Rp450,000.00
  • Teknik Dasar Penyiar Radio Rp300,000.00
  • Komunikasi Massa Bersama Prof. Khomsahrial Romli Rp300,000.00
  • Penerapan Bahasa Jurnalistik dalam Berita Rp250,000.00
  • Teknik Menyunting Naskah Bagi Editor Rp400,000.00
  • Seluk-Beluk Fotografi Jurnalistik Rp450,000.00
  • Jurnalisme Warga di Era Digital Rp350,000.00
  • Menulis Laporan Perjalanan Rp300,000.00
  • Menyusun Siaran Pers yang Disukai Media Rp350,000.00

Copyright © 2020 Ruang Jurnalistik – Lampung Post. All Right Reserved

Home

Tentang

Kls Daring

Hubungi

Daftar

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Kelas Daring
    • Kelas Jurnalistik Cetak
    • Kelas Jurnalistik Online
    • Kelas Jurnalistik Radio
    • Kelas Jurnalistik Televisi
  • Kelas Pilihan
  • Hubungi Kami
  • Daftar

© 2020 Ruang Jurnalistik - Lampung Post

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In